Kamis, 29 Juli 2010

Pasca Kasus SMAN 12, Disdik Surabaya Intensifkan School Character

suarasurabaya.net| Pasca kasus pembunuhan dan pembuangan mayat bayi di SMAN 12 oleh siswi kelas X, Dinas Pendidikan Kota Surabaya akan mengintensifkan konsep school character di sekolah-sekolah Surabaya. Harapannya, ini bisa menjembatani kesenjangan pendidikan siswa yang dijalankan sekolah dan di rumah.

SAHUDI Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengatakan kasus di SMAN 12 terjadi karena sekolah menjadi tempat yang tidak nyaman bagi peserta didiknya. Akibatnya, mereka mencari dunia yang nyaman, yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan.

Bagaimana bentuk instensifikasi school character itu? Menurut SAHUDI, satu diantaranya bisa dilakukan dengan full day school. Siswa tidak diberikan banyak waktu berinteraksi dengan hal-hal negatif di luar sekolahnya, namun di lain sisi, sekolah harus mampu menyediakan interaksi yang edukatif dan menyenangkan bagi siswa.

”Konsepnya, kita membuat sekolah menjadi masyarakat kecil yang mampu menyediakan kebutuhan para siswa akan interaksi sosial yang positif,” ujarnya. Pada bagian lain, sekolah, kata SAHUDI, juga harus mengintensifkan parenting education buat orangtua siswa.

Orangtua juga harus paham bagaimana mendidik anak-anak mereka. Jangan lantas mendelegasikan pendidikan anak-anaknya secara total ke sekolah, kata SAHUDI.

Tentang sex education di sekolah, buat SAHUDI, tidak perlu terlalu vulgar dengan khusus membuat semacam short course di sekolah karena ini masih menjadi perdebatan banyak kalangan. Poin tentang seks yang bertanggungjawab, kata mantan Kasek SMAN 15 ini, bisa disampaikan dalam mata ajaran di sekolah, semisal pelajaran agama ataupun PPKN.(edy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar