suarasurabaya.net| Kasus di SMAN 12 merupakan refleksi betapa angkuhnya sekolah dan orangtua di hadapan para siswa. Proses belajar mengajar hanya menempatkan mereka sebagai obyek tanpa peran serta mereka di dalamnya. Inilah kemudian yang membuat sekolah menjadi tempat yang tidak nyaman untuk belajar.
ISA ANSHORI Ketua II Dewan Pendidikan Surabaya pada suarasurabaya.net mengatakan para siswa pun akhirnya mencari jalan lain untuk menyelesaikan masalahnya. Kadang cara mereka ini tidak selalu sinkron dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Dalam keadaan ini, ada jarak antara sekolah, siswa, dan orangtua.
”Ada sumbatan komunikasi antara mereka dan ini seharusnya bisa diatasi dengan keterbukaan. Sekolah harus terbuka melibatkan siswa dalam proses pendidikan, begitu juga orangtua, tidak hanya mendelegasikan masalah pendidikan anaknya total pada sekolah saja,” ujar ISA.
Keangkuhan ini, kata ISA, terlihat diantaranya dalam penyusunan aturan sekolah. Para siswa dilarang ini dan itu tanpa dilibatkan dalam pembuatan aturan sekolah.”Kebanyakan sekolah menerapkan aturan menurut kemauannya sendiri, bukan pada kemauan siswa. Padahal siswa yang dikenai aturan itu, harusnya siswa juga dilibatkan dalam pembuatan aturan,” kata dia.(edy)
les privat surabaya SD, Les privat surabaya SMP, les privat surabaya SMA, Les privat surabaya matematika, les privat surabaya b. inggris, les privat surabaya IPA, les privat surabaya IPS, Les privat surabaya b. indonesia. HUB. LBB SUPRAUNO - 0857 33333 923 - 08 222 666 1656
- HOME
- PROFILE
- VISI MISI
- JARINGAN USAHA
- CONTACT
- ALAMAT
- KURSUS WEBSITE
- LAYANAN
- KURSUS KOMPUTER
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar